Riwayat ini mengandung banyak paham. Bias prasangka hadir melengkapi desus. Remuk redam menjadi sorakan. Bimbang. Barangkali jenaka? Atma lunglai rasa tak menapak. Kosong termanipulasi gelagatnya sendiri. Piala “penderitaan terbaik” tergenggam erat. Enggan lepas. Hingga sebuah utas melingkupi. Yang istimewa bukan hanya kamu. Dirimu jauh dari satu-satunya. Allah mencintai semua. Berikut geti…
Langkah terhenti di hamparan sajadah Ingat seruan kebaikan sesama Lelehkan tetes air mata penyesalan Lamunan diri berselimut kesombongan Alam sadar terhempas kuat di penghujung malam Hanya tobat dan ampunan yang diminta Sepenggal bait puisi di atas menunjukkan bahwa kita sebagai manusia pasti punya segudang kesibukan dunia yang terkadang membuai dan melupakan tujuan akhir kehidupan. Kita mem…