sejarah adalah guru yang utama dalam berpijak untuk meniti langkah selanjutnya ke masa depan yang lebih baik. orang yang melupakan sejarah, termasuk pada golongan orang yang tidak memiliki cita-cita hidup.
Muhammadiyah sejak berdirinya tahun 1912 mengukuhkan dirinya sebagai gerakan islam yang menjalankan dakwah dan tajdid.
buku ini memberi kesaksian lain tentang sejarah perlawanan gerakan muhammadiyah di era kolonialisme.
dalam upaya mengkonstruksi peristiwa yang sudah berlalu, orang tidak boleh melompat dari sebuah kekosongan. karya historis ini adalah dalam rangka mengisi kekosongan itu untuk melihat asal usul madrasah mu'allimin dan madrasah mu'allimaat yang kini berkembang pesat.
mubaligh di lingkungan muhammadiyah adalah "penyambung lidah persyarikatan" kepada masyarakat luas. merekalah tulang punggung yang akan menyebarluaskan ajaran-ajaran islam yang diyakini oleh muhammadiyah.
dalam menghadapi tantangan kedepan yang begitu kompleks, muhammadiyah tentu tidak cukup mengandalkan romantisme sejarah. sebab, sikap romantisme semata tanpa mampu mengambil ruh dan spirit akan dapat menjadi problem tersendiri bagi muhammadiyah.
muhammadiyah dikenal sebagai gerakan yang mempelopori ruju'illa qur'an was sunnah di indonesia. karenanya, sering orang menyalahtafsirkan jika dalam istimbath hukumnya sepi dari qaidah-qaidah fiqhiyyah yang selama ini digunakan oleh ulama-ulama salaf.
meskipun jumlah ranting muhammadiyah belum menyamai jumlah kelurahan/desa, namun pimpinan peryarikatan di struktur atasnya harus tetap menjaga ranting yang ideal sehingga dapat melahirkan dan membina ranting-ranting yang lain.
pimpinan muhammadiyah tidak membawa dan memimpinkan cita-citanya sendiri, tetapi memimpin umatnya, memimpin anggota dan memimpin muhammadiyah sesuai dengan asas maksud dan tujuan muhammadiyah.