Roman Tetralogi Baru mengambil latar kebangunan dan cikal bakal nasion bernama Indonesia di awal abad ke 20. Dengan membacanya, waktu kita dibalikan sedemikian rupa dan hidup di era membibitnya pergerakan nasional mula-mula.
sebuah kisah yang ditulis diantara yang bertumbuhan dan yang berpantulan: wajah-wajah mereka, wajah-wajahmu.
Bertahun-tahun wasiat terakhir Buya Athar, ulama besar Palembang itu, bertalu-talu mengetuk hati Ramadhan.
Keselamatan bumi ada ditangan ender. ender si anak bawang dalam keluarga tak menyangka mendapat tugas penting untuk menyelamatkan bumi.
Penyihir cilik ingin sekali diperbolehkan ikut menari bersama para penyihir lainnya, merayakan malam walpurgis di puncak gunung.
Empat serdadu Belanda, dua orang Swiaa, satu belgia, dan satu Indo beribu Nias, minggat dari benteng Kulaa Kapuas.
"tapi bu, kalau ayah nikah lagi, pasti bukan karena nafsu," saya bilang begitu sambil makan kuaci (satu per satu). itu komentar saya untuk mereka yang bilang poligami janganlah didasari oleh karena desakan nafsu. "kalau ayah memang karena apa?" "ayah cuman mau tahu aja, anak ayah seperti apa kalau sama perempuan lain." "heh!? eksperimen?" ("mukjizat poligami")
"pkonya, besok harus dibuang!" "iya..." "tidak ada alasan!" "marmut, kan, nggak tahu kalau itu taman," kata saya membela diri. "pemiliknya, kan tahu," kata dia. "Allah memang Mahatahu." saya langsung suka pada momen dialog yang membahas ketuhanan seperti ini. "Allah apa?" dia tanya. "Sang Maha Pemilik?" "apa? bukan Allah!"katanya. "yang beli marmutnya." "oh..." "yang beli marmutnya, k…
Lagian, uang sudah banyak pun. mau apa lagi. cuman tinggal santai saja dan ngirim sms buat istri tercinta yang sedang bekerja di kantornya : "ibu, apa yang kau cari? (ayah, timur, dan bebe)" wow, langsung dibalas : "cari uang!" oh ya? saya kirim lagi sms: "uang ibu hilang?" tak ada jawaban, tentu saja, dia kan sibuk cari uang. (hari senin)