Text
Jambu Mete (Anarcadium Occidentale L.)
Jambu mete (Anarccidium Occidentale.L) berasal dari
negara Brazil di benua Amerika bagian selatan. Dibawa
ke India dan Indonesia oleh orang Portugis pada abad
ke-16. Walaupun sudah 500-an tahun berada di Indonesia,
yang pertama kali dimulai dan kepulauan Maluku (Ambon),
namun tanaman ini tidak berkembang dengan cepat
didaerah lainnya. Karena areal tanamnya terbatas dan
peranan ekonominya secara nasional hampir tidak berarti,
maka dalam jangka waktu lama tanaman ini hanya
digolongkan dalam kelompok “komoditi lain-lain” pada
tanaman perkebunan.
Perhatian pemerintah terhadap jambu mete baru
muncul setelah adanya program khusus untuk menangani
lahan kering iklim kering atau lahan kritis, terutama di
kawasan timur Indonesia. Dan digiatkannya proyek
reboisasi dan penghijauan oleh Depatemen Kehutanan. Itu
semua baru dimulai semenjak adanya program
pembangunan dengan pola Repelita pada zaman orde baru
dan tahun 1970. Perhatian terhadap jambu mete pertama
kali muncul bukan karena prospek pasarnya atau prospek
produksinya, akan tetapi karena sifat tanaman itu yang bisa
dipergunakan untuk penghijauan lahan kritis (kehutanan)
dan untuk membangun pertanian, sekalian memperbaiki
lingkungan lahan serta iklim bermasalah (lertanian).
Kemudian ternyata permintaan terhadap produk jambu
mete berkembang pesat tidak saja didalam negeri tapi juga
untuk keperluan ekspor. Pada tahun 1977 Indonesia sudah
mencatat produk jambu mete sebagai komoditi ekspor dan
angkanya terus meningkat pesat dan tahun ketahun. ini
antara lain karena produk jambu mete bersifat multiguna
tidak hanya menghasilkan kacang mete saja, akan tetapi
dan diversifikasi hasil banyak lagi produk baru yang bisa
dihasilkan dan jambu mete. Selain kacang mete, produk
yang terkenal lagi adalah CNSL (Cashew Nuts Shell
Liquid) sam jenis cairan yang dipergunakan untuk
menghasilkan bermac am-macam keperluan. Kemudian dan
buah semu dapat pula dihasilkan beraneka ragam jenis
makanan dan minuman.
Peningicatan produksi jambu mete yang berlansung
cepat sekali di Indonesia, ternyata belum membuat pasar
menjadi jenuh, belum menyebabkan over produksi dan
kelihatannya peluang pasar domestik dan internasional
masih terbuka lebar untuk jambu mete Indonesia. Akan
tetapi sayangnya peningkatan produksi itu belum didukung
oleh peningkatan produktivitas tanaman. Sampai sekarang
produksilhektar/tahufl perkebunan jambu mete di Indonesia
masih yang terendah dibanding dengan negara lain yang
menghasilkan jambu mete. Peningkatan produksi mete di
Indonesia baru disebabkan oleh karena perluasan areal
tanam (ekstensifikasi).
Dengan dasar itulah penerbit mau menerbitkan buku
mi, karena didalamnya penulis cukup lengkap menguraikan
bagaimana mengusahakan tanaman jambu mete yang
intensif. Mulai dan pemilihan bahan tanaman, teknik
budidaya, pengendalian hama penyakit dan teknologi pasca
panennya. Dengan ditulisnya berbagai macam aspek tentang
jambu mete didalam satu buku, semoga akan dapat menjadi
pegangan lengkap untuk usaha intensifikasi perkebunan
jambu mete. Sejatinya usaha peningkatan produksi dan
produktivitas basil adalah dan hasil usaha ekstensifikasi dan
intensifikasi dengan mengunakan teknologi yang maju.
Tidak tersedia versi lain