Text
Beranda perdamaian : Aceh tiga tahun pasca MoU Hesinki
Perdamaian di Aceh telah begitu lama dinantikan banyak pihak, baik oleh masyarakat Aceh maupun Pemerintah Republik Indonesia. Kini, perang sudah tidak terdengar lagi. Aceh damai patut kita anggap sebagai sejarah relatif spektakuler bagi sebuah bangsa dalam mengelola konflik yang bukan tidak mungkin dapat dijadikan model bagi negara-negara lain dalam menyelesaikan masalah yang sama. Kita menyadari untuk mencapai perdamaian yang hakiki membutuhkan pengorbanan banyak pihak, waktu, biaya, dan tenaga. Saat ini tergantung bagimana kita mengisinya, mengawal dan merawat agar perdamaian itu terus terpatri. Untuk itu, semua pihak perlu menyadari bahwa tiga thun perdamaian di Aceh, apa yang sudah terjadi, yang masih dalam proses dan yang akan datang, adalah sebuah gasris titian jalan hidup bagi Aceh untuk menuju akhir yang membahagiakan. Akankah situasi damai ini terkoyak kembali oleh kepentingan-kepentingan tangan jahil yang tidak menghendaki Aceh memasuki babaak baru yang lebih baik ke depan? Itu tergantung dari sejauhmana kedua belah phak saling mempercayai, bahwa langkah yang mereka tempuh akan menjadi ikatan perdamaian yang tak lagi ada dusta. Buku yang kini hadir di hadapan pembaca membahas bagaiaman beranda perdamaian terwujud di Bumi Tanah Rencing. Harapannya hanya satu, agar kita tidak mengulang kesalahan yang sama di masa depan.
Tidak tersedia versi lain