Text
Di lembah sungai nil
Tubuhnya badan binatang dan kepalanya manusia. Memang itulah hakikat manusia itu sendiri. Kepalanya penuh pemikiran, tetapi dia tidak lebih dari binatang yang lain. Ingin makan dan minum, ingin memiliki, juga ingin berketurunan. Namun, dia menjadi manusia karena dia berpikir dan pikiran itu bersarang di kepalanya, kepala yang penuh dosa. Maka kebinatangan yang ada di bawah, dapat dikendalikan oleh kepalanya sehingga terjadi perebutan hidup untuk menguasai dan memiliki.""
""Alangkah hebat dan mengerikannya saat itu. Perempuan didorong oleh semangat kemerdekaan tanah air, berarak-arakan di jalan raya, ribuan orang. Tidak ada keluar fatwa mengharamkan karena ulama al-Azhar sendiri turut mengadakan arak-arakan di tempat lain. Mereka pun telah melanggar kebiasaan, tradisi, dan adat. Ulama pergi mengadakan khutbah, dalam gereja Koptik mengadakan pidato, dalam masjid mengajak bersatu menentang penjajahan.""
Piramida, sfinks, padang pasir. Sudah pasti akan mengantarkan kita membayangkan Mesir dengan segala kemegahannya. Tapi bagaimana jika kita menyelami keindahan Mesir di tahun 1950? Gejolak politik, pergerakan perempuan, hingga perkembangan pendidikannya. Hamka menyuguhkan Mesir sebagai hidangan utama dalam buku ini. Hadiah dari Nil, begitulah masyarakat Mesir bahkan dunia menyatakan kekagumannya pada Negeri Piramida. Bagaimana Sungai Nil mampu mengantarkan kehidupan manusia di sekelilingnya hingga mampu membangun peradaban tiada tanding? Apa yang dilihat Hamka hingga ia begitu jatuh cinta pada Negeri Piramida?
Tidak tersedia versi lain