Text
The blade of the courtesans
Pada hari kelima bulan pertama tahun kesembilan era Kan’ei, tahun ketiga sesudah Go-Mizuno-o turun tahta dan menjadi mantan kaisar yang menyendiri, seorang wanita bangsawan istana melahirkan putra kaisar. Anak itulah Seiichiro. Terkait fakta bahwa ia sudah turun tahta dan, terlebih-lebih, Hidetada yang berkuasa jatuh sakit menjelang akhir tahun sebelumnya dan diperkirakan takkan bertahan hidup, Go Mizuno-o pastilah berasumsi bahwa tidak ada alasan mencemaskan kelahiran anaknya. Perlambang tiadanya perasaan was-was dalam dirinya adalah fakta dia menyerahkan pada wanita itu pedang Pemenggal Iblis, yang diberikan oleh Hidetada pada putra Masako, Takahito Shinno, yang wafat dua tahun kemudian. Tapi ternyata Hidetada tidak selemah atau sesabar yang diduga Go-Mizuno-o. Mendengar kabar, selama sakit Hidetada mendadak memanggil Tajima-no-kami Munenori.
Malam itu, salju turun di ibukota. Ada sesosok laki berjalan menembus hujan salju, hanya dilindungi topi jerami penyok yang merosot ke mukanya. Lelaki itu adalah Miyamoto Musashi yang berusia 49 tahun. Menderita secara fisik akibat luka-luka parah lebih dari enam puluh adu tanding dan secara mental oleh larangan memasuki kedinasan pemerintah di propinsi Edo dan Owari oleh Klan Yagyu, hatinya sedih.
Musashi berhenti mendadak. Kemampuan Musashi merasakan bahaya menjadi semakin terasah di bagian akhir kehidupannya. Aura pembunuhan menebar ancaman dari balik tembok. Dia menghunus dua pedang. Lewat sabetan tipis, darah menyembur ke atas salju. Dua mayat jatuh bertindihan tanpa suara. Keduanya ninja berpakaian dan berkedok hitam. Musashi lari menyerbu kebun.
Seorang wanita bangsawan menghentikan Musashi saat berusaha mengurus luka-lukanya, dan memberitahunya dimana pangeran kaisar disembunyikan. Setelah meminta Musashi membesarkan putra kaisar di tempat yang tidak menyolok, dimana tak seorang pun bisa menyentuhnya, wanita bangsawan itu menghembuskan napas terakhirnya. Menaruh Seiichiro yang baru berusia tiga belas hari di balik kimononya dan menyelipkan pedang Oni-kiri yang terbungkus tikar jerami, di punggungnya, Musashi meninggalkan ibukota.
Dua puluh lima tahun kemudian. Alunan misesugagaki membawa Matsunaga Seiichiro memasuki dunia baru yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Seiichiro adalah seorang Ronin yang dibesarkan dan dididik langsung oleh sang legenda, Miyamoto Musashi.
Ia pergi ke Yoshiwara, sebuah daerah di Tokyo lampau yang penuh dengan jutaan fantasi liar, untuk memenuhi tugas wasiat akhir sang guru. Tanpa mengetahui maksud dari wasiat tersebut, dan kehadiran beberapa tokoh misterius, serta kisah asmara empat cinta, membawa kisah ini mengalir lebih dalam dan tak tertebak seperti air sungai yang mengalir tanpa lembah.
Seiichiro adalah Pedang Para Kortesan. Pedangnya adalah tameng bagi mereka. Inilah kisah tentang kemerdekaan manusia yang dihadapkan dengan cinta, pertarungan, dan pengkhianatan. Diimbangi dengan romansa dan petualangan para satria jepang abad pertengahan, yang mengangkat pedang hanya pada medan perang.
Kata-kata bijak yang dapat ditemui dalam novel ini:
1. Agar sungguh-sungguh berhati lembut, kau harus mencicipi emosimu sendiri hingga tetesan terakhir. Ketika kau bahagia, kau begitu bahagia sehingga yang lain pun turut bahagia. Saat kau berduka begitu dalam orang-orang disekelilingmu merasa seolah menangis.
2. Kau hanya bergantung pada kekuatanmu sendiri. Meski kau sekarat karena kelaparan, tidak ada yang akan memberikan bantuan. Perkuat dirimu sendiri.
3. Hidup tanpa sanak kerabat menuntut kau memiliki kecakapan dalam suatu seni. Tidak ada jalan lain untuk hidup selain memiliki dan menggunakan keahlian.
Tidak tersedia versi lain