Text
Cinta dalam Diam
Fatimatuz-Zahra dan Ali bin Abi Thalib. Siapa sich yang tidak kenal dengan 2 tokoh dalam Islam ini? kisah cinta mereka yang sungguh indah. Berteman sejak kecil hingga saling menyukai. Mencintai dalam diam. Bahkan setan pun tidak tau kalau mereka saling mencintai. Hingga pada akhirnya setelah dewasa Rasulullah menolak semua lamaran sahabatnya dengan segala kelebihan. Lalu menerima lamaran Ali bin Abi Thalib dengan suka cita karena memang dialah yang selama ini Rasul tunggu. Meskipun Ali tidak memiliki apa-apa. Rasul tau bahwa putrinya dan Ali bin Abi Thalib saling mencintai. Lalu Ali dan Fatimah menikah. Yaa.. kisah cinta Ali dan Fatimah zaman Rasulullah tidaklah seindah kisah cinta Ali dan Fatimatuz Zahra di dalam novel ini. kisah cinta yang berawal dari sebuah perjodohan dari mama mereka. Zahra, demikian ia dipanggil baru memasuki semester awal perkuliahan jurusan kedokteran. Ia mulai belajar hijrah karena dukungan dari mamanya dan membaca buku kisah Ali dan Fatimatuzzahra. Ia dipertemukan dengan Ali disebuah pengajian rutin di rumah tante Anisa. Yaitu ibu dari Ali. Yang merupakan sahabat dekat ibu Zahra. Mereka kemudian dijodohkan meskipun Zahra merasa belum siap. Namun sebagai bakti kepada orang tuanya ia pun menerima perjodohan itu. Ali merupakan seorang dokter sekaligus juga dosen di kampus Zahra. Ali lulusan dari Malaysia. Singkat cerita mereka menikah. Kisah pedih malah dimulai di malam pertama pernikahan. Ketika Ali dan Zahra ingin memasuki kamar pengantin, Ali melihat sosok Ayana. Ayana adalah adik angkat dari ibunya. Otomatis tantenya Zahra. ketika melihat Ayana, seketika wajah Ali berubah. Tidak secerah sebelumnya. Dan ketika Zahra ke kamar mandi untuk membersihkan badan, ia mendengar Ali menelpon sahabatnya, Danang. Suara telpon itu cukup keras sehingga terdengar oleh Zahra. di telpon Ali mengatakan kepada Danang bahwa ia telah salah orang. Bukan Zahra yang selama ini terselip di do’anya. Tapi Ayana. Wajah mereka sangat mirip. Hanya lesung pipi yang membedakan mereka berdua. Zahra memiliki lesung pipi sementara Ayana tidak. Ia fikir foto Zahra yang disodorkan mamanya dahulu adalah orang yang pernah ia cintai dalam diam ketika kuliah di Turki dahulu. Ternyata bukan. Hati siapa yang tidak sakit? Begitulah yang Zahra rasakan. Meski ia sebelumnya tidak mencintai Ali, namun rasa kagum dan getar cinta itu sudah mulai Zahra rasakan. Ia menangis didalam kamar mandi tanpa sepengetahuan Ali. Ternyata bukan nama dia yang selama ini suaminya sebut. Lebih menyakitkan lagi ketika Ali meninggalkanya di malam pertama. Ia pergi. Zahra hanya bisa mengiyakan ketika Ali bilang pulang ke rumahnya karena ada sesuatu yang tinggal disana. Zahra tau apa yang terjadi. Zahra berfikir sepertinya pernikahan ia akan segera kandas di malam pertama. Pernikahan yang tidak sampai 24 jam. Namun ternyata Ali kembali lagi setelah ditenangkan oleh Danang. Ia tidak boleh menyakiti hati istri sah nya. Kebahagian sejenak ia rasakan. Dan Ali berusaha untuk melupakan Ayana. Namun kisah tidak berhenti sampai disana. 6 bulan pernikahan, Ayana kembali hadir dalam hidup Ali. Ali terjebak. Di satu sisi ia mencintai Ayana yang juga ternyata mencintainya. Namun disisi lain ia sudah terlanjur nyaman dengan Zahra dan tidak ingin kehilanganya. Ia menjalani hubungan di belakang Zahra. dan Zahra mengetahui itu. Sikap Ali kepada Zahra mulai berubah. Ia seringkali mengacuhkan Zahra dan sering melewatkan makan malam mereka. Zahra juga tidak habis fikir kenapa tantenya sendiri tega melakukan itu kepada Zahra. padahal tantenya adalah seorang hafidz, lulusan pesantren dan faham agama. Tapi ia mengganggu rumah tangga keponakanya sendiri. Zahra memendam semua yang ia rasakan seorang diri. Tangis dan pedih menjadi bagian dari hidupnya. Namun karena agama, ia tetap memperlakukan suaminya dengan baik. Sementara Ali benar-benar galau. Ia tidak ingin berlama-lama dalam dosa perasaan. Ia tidak ingin menyakiti Zahra lebih lanjut lagi. Ia menceritakan masalahnya kepada Ibunya. Lalu ibunya datang kepada Zahra dan meminta Zahra untuk mengikhlaskan Ali menikah dengan Ayana. Hati Zahra benar-benar hancur. Lalu ia menegaskan kepada ibu mertuanya bahwa ia ikhlas Ali menikah lagi dengan syarat dia harus menceraikan Zahra terlebih dahulu. Namun Ali tidak mau melakukan itu. Ibu Ali menyayangi Zahra sebagai mana ia menyayangi anaknya sendiri. Ia meminta Ali untuk segera membuat keputusan. Jangan terlalu lama mendzalimi Zahra. Zahra lagi-lagi menangis di kamar mandi. Kemudian Ali masuk ke kamar mandi dan menemui Zahra dengan darah dari bawah bajunya. Zahra memang sering sakit akhir-akhir ini. lalu ia dibawa ke rumah sakit dan disana kenyataan pahit harus Ali dengar. Sebuah penyesalan datang bertubi-tubi kepada Ali. Zahra keguguran. Ali menyesal karena ia sendiri bahkan tidak mengetahui bahwa Zahra telah hamil dan bahkan harus kehilangan calon anaknya Karena perbuatan ia sendiri. Ketika Zahra sadar, Ali meminta maaf kepada Zahra. Zahra memafkan dan mengajak Ali memulai semuanya dari awal. Namun Ali tidak berani mengatakan kepada Zahra bahwa ia baru saja keguguran. Begitupun keluarga yang lain. Karena Ali melarang mengatakanya. Namun lagi-lagi Ayana yang merusak semuanya. Ia sengaja mengatakanya kepada Zahra. Zahra benar-benar kecewa kepada Ali. Kenapa Ali tidak jujur kepadanya. Sebuah kenyataan pahit justru ia dengar dari Ayana. Seseorang yang telah merusak rumah tangganya. Kehilangan seseorang sebelum sempat kita menyadari kehadiranya tak kalah sakit ketimbang kehilangan seseorang yang telah kita sadari kehadiranya. Itulah yang dirasakan oleh Zahra. Ia tidak bisa memafkan Ali. Dan ia memutuskan untuk berpisah dengan Ali. Ali berungkali membujuk dan meminta maaf kepada Zahra. namun Zahra tidak menerima. Bahkan ia bersumpah bahwa ia membenci Ali. Dan akhirnya Ali terpaksa merelakan Zahra pergi ke Malang bersama Mamanya. Sebelum pergi Zahra bahkan mengembalikan cincin pernikahan mereka yang ia titip kepada mertuanya agar diserahkan kepada Ali. Sekian lama mereka menjalani hidup masing-masing. Lalu Ali bermaksud menjemput Zahra. ia menemui Zahra yang lagi di rumah neneknya. Zahra masih membenci Ali namun tak bisa dinafikkan bahwa rasa cinta itu masih ada. Hingga akhirnya Ali jatuh sakit dan Zahra mulai membuka hati dan merawat Ali. Ujian kembali hadir. Ayana datang ke rmah sakit untuk menjenguk Ali sekaligus meminta pertanggungjawaban Ali terhadap anak yang dikandungnya. Zahra benar-benar shock dan meninggalkan Ali. Ketika Zahra pergi, Ali koma. Penyakitnya semakin parah. Bahkan prediksi dokter hanya 10% saja kemungkinan Ali bisa bertahan. Saat ini ia hanya bisa bertahan berkat alat-alat medis. Zahra merawat dan terus mendo’akan kesembuhan Ali. Bahkan jika Ali sembuh Zahra berniat untuk mengikhlaskan Ali jika ia mau menikah lagi. Namun di masa Ali sakit parah itu kebenaran terkoyak. Kebohongan Ayana yang tega berbuat jahat kepada Zahra karena sebuah dendam akhirnya terkuak. Anak yang dikandung Ayana bukanlah anak Ali. Tapi anak Dylan. Seseorang yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri telah merenggut pertahananya ketika ia dalam keadaan mabuk. Dylan memang sangat mencintai Ayana. Untuk menembus penyesalan dan kesalahanya kepada Ayana, ia rela melakukan apapun untuk Ayana. Termasuk ketika Ayana meminta Dylan untuk menjebak Ali. Ali dijebak ketika sedang minum berdua dengan Ayana. Sesuatu dimasukan ke dalam minumanya hingga Ali tidak sadar. Lalu Ali dibawa oleh Dylan ke sebuah tempat dan dibuat seolah-olah sudah berhubungan dengan wanita. Dan kemudian di atas meja kamar tempat itu diletakan sebuah tulisan yang ditandatangani oleh Ayana. Sehingga Ali sendiri pun tidak mampu memberi penjelasan ketika dulu Zahra menanyakan apakah benar anak Ayana itu hasil dari perbuatan Ali. Keajaiban terjadi. Ali membuka matanya tatkala di hari yang mana alat-alat medis Ali itu akan dilepas. Semua keluarga sudah mengikhlaskanya begitupun Zahra. Ali sembuh dan kembali ke dalam pelukan Zahra. Ayana pun telah bertaubat. Ia akhirnya menikah dengan Dylan. Tahun terus berlalu. Mereka belum juga dikaruniai anak. Kata dokter sesuatu terjadi di rahim Zahra. kemungkinan untuk hamil hanya 10%. Saat itu anak Ayana sudah besar. Danang, yang sahabat Ali juga sudah menikah dengan Citra. Mereka bahkan telah memiliki 2 orang anak. Namun berkat kesabaran keduanya, akhirnya di anniversary tahun ke-7 pernikahan mereka, Zahra menghadiahkan Ali dengan sebuah tespek yang menunjukan bahwa Zahra hamil. Mereka akhirnya hidup bahagia hingga Zahra dan Ali dikarunia seorang anak laki-laki.
Tidak tersedia versi lain